14 Agu 2013

Asal Usul Baturaden



ASAL-USUL DESA BATURADEN
                Pada zaman dahulu kala di tanah Jawa ada seorang pemuda tampan bernama Suta. Pemuda tersebut merupakan seorang pembantu di Kadipaten Kutaliman, Banyumas, Jawa Tengah. Tugas pemuda tadi adalah merawat kuda dan membersihkan istal (kandang kuda). Kuda milik Adipati Kutaliman
Suta merupakan sosok pekerja keras dan jujur. Oleh karena itu, ia tidak pernah mendapatkan masalah selama bekerja di Kadipaten. Pada suatu hari, seperti biasa setelah mengurus kuda Adipati Kutaliman, Suta berkeliling Kadipaten. Dia senang berjalan-jalan untuk melepas lelah sekaligus mengenal lingkungan tempatnya bekerja. Kadipaten yang luas tentu tidak dapat ia kelilingi dalam satu kali perjalanan. Maka setiap hari pemuda sederhana ini akan berjalan di lokasi berbeda.
Suta baru saja melewati sebuah pohon mangga ketika ia mendengar jeritan seorang perempuan. Dia pun berlari menuju sumber suara. Tampaklah seekor ular besar di balik pohan mahoni sedang membuka lebar-lebar mulutnya, dan siap memangsa seorang perempuan di hadapannya. Perempuan itu berdiri kaku dengan wajah pucat pasi.

Meskipun sempat takut melihat ular yang demikian besar, namun tanpa berpikir panjang Suta bergerak maju mendekat. Dia berusaha menolong perempuan yang tak berdaya itu. Pengurus kuda Adipati ini memang bukan seorang pemain pedang yang hebat, tetapi tekad kuat melawan ular besar itu membuatnya berani menghadapi ular itu. Dengan susah payah pemuda kurus itu menaklukkan sang ular. Cabikan dan sabetan pedangnya akhirnya berhasil mematikan hewan berbisa itu.
Seketika pula perempuan yang hampir dimangsa ular itu jatuh tergolek dan pingsan di tanah. Seorang emban (inang pengasuh) membopongnya ke sisi pendopo tak jauh dari pohon mahoni. Suta pun mendatanginya. Ia terkejut ketika mengetahui siapa yang telah dia selamatkannya tadi. Ternyata perempuan tersebut adalah putri Adipati Kutaliman.
Sebagai salah satu penghuni kadipaten, Suta sebelumnya sudah sering mendengar tentang kecantikan dan kehalusan budi pekerti putri Adipati. Tetapi, tak pernah jua dia bertemu. Dia sangat bahagia dapat bertatapan langsung dengannya. Sang putri sangat berterima kasih pada Suta yang telah menyelamatkan nyawanya.
Sejak peristiwa tersebut, Suta dan putri Adipati menjadi akrab. Mereka sering bertemu dan mengobrol. Lama-kelamaan mereka menjadi saling menyayangi. Hingga akhirnya Suta memberanikan diri melamar sang putri kepada ayahnya, Adipati Kutaliman.
Adipati sebelumnya sudah mendengar kabar kedekatan putrinya dengan si pengurus kuda. Namun, dia tak mengira Suta akan nekat melamar putrinya, mengingat status sosial keduanya yang jauh berbeda. Ketika suta mengutarakan niatnya, Adipati murka. Dia merasa terhina. “Kuu ini seorang batur (pembantu). Tak pantas kau berdampingan dengan putriku,” katanya. Kemudian Adipati memerintahkan pengawal untuk memenjarakan abdinya tersebut di penjara bawah tanah. Suta dinilai lancang karena berani meminang putri Adipati. Mengetahui hal itu, sang putri pun sedih. Dia tak menyangka bila ayahnya akan sangat marah. Apalagi Suta tak pernah di beri makan dan minum selama ia berada di dalam penjara yang lembap, gelap dan, pengap. Hatinya perih mengetahui pria yang dicintainya itu menderita.
Putri Adipati kemudian menyusun rencana. Dia meminta bantuan seorang emban kepercayaannya untuk mengeluarkan Suta dari penjara bawah tanah. Sementara itu ia menunggu bersama kudanya di salah satu sisi di Kadipaten. Rencana pun dilaksanakan pada suatu malam, si emban mengendap-endap menuju penjara bawah tanah. Dia berhasil melewati penjaga yang tertidur karena memakan kue yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Emban pun menemui Suta.
Di dalam sel, Suta terkapar lemah. Badannya yang semula kurus menjadi makin kurus. Dia juga menggigil. Emban memberinya pakaian. Mereka kemudian keluar dan mendatangi putri Adipati yang sudah berpakian layaknya warga desa.
Suta dan Putri menaiki kuda dan melaju ke luar Kadipaten. Untunglah malam itu sangat gelap pekat sehingga sulit mengenali mereka berdua. Putri memacu kudanya semakin kencang.  Dia mengarahkan kudanya kearah selatan lereng Gunung Selamet.
Ketika hari beranjak siang, mereka lelah dan beristirahat di dekat sungai. Putri baru menyadari bahwa Suta sedang sakit demam, dia pun merawat suta dengan penuh kasih sayang. Karena kesabarannya, Suta pun berangsur pulih.
Suta dan Putri menyukai lokasi tempat mereka berada. Hawa yang sejuk serta pemandangannya yang asri membuat mereka jatuh cinta. Akhirnya mereka menikah dan membina keluarga di sana. Kini tempat tersebut di kenal dengan nama Baturaden yang artinya pembantu dan bangsawan.
Baturaden adalah tempat wisata yang terdapat di  Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Baturraden terletak di sebelah utara kota Purwokerto, tepat di lereng sebelah selatan Gunung Slamet. Letak Baturraden tepat di lereng gunung sehingga kawasan tersebut memiliki hawa yang sangat sejuk dan cenderung sangat dingin terutama di malam hari.

Banyak objek-objek wisata di tempat ini, antara lain :
1. Pancuran Telu dan Pancuran Pitu Baturraden, yang letaknya bersebelahan adalah Pemandian air panas yang yang mengandung belerang. Dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit kulit.
2. Bumi Perkemahan, Merupakan camping ground yang sering dimanfaatkan oleh para pecinta alam dan penikmat kegiatan out bond. Pernah digunkan sebagai tempat penyelenggaraan Jambore Nasional Gerakan Pramuka se-Indonesia pada tahun 2001.
3. Taman Kaloka Widya Mandala, Baturraden atau Wisata Pendidikan Wanasuka Baturraden merupakan kebun binatang sekaligus sebagai tempat wisata edukasi yang diresmikan oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Banyumas H. Djoko Sudantoko pada tanggal 17 mei 1995. Di Taman Kaloka Widya Mandala Baturraden terdapat berbagai macam binatang yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri seperti dari Australia, Asia dan Belanda.






       Tidak hanya wisata alam, Baturaden juga menyediakan beragam wisata kebudayaan seperti grebeg syura yang diadakan setiap bulan pertama dalam kalendar tahun Islam, pertunjukan musik calung, dan tari tradisional lengger, pertunjukan bernuansa mistis yakni kuda lumping, serta sadranan sebagai upacara mengunjungi situs suci, biasanya kuburan yang juga disebut kenduren oleh masyarakat sekitar. :)

0 komentar:

Posting Komentar