Materi Bahasa Indonesia
Kelas VIII Semester 1
(2014/2015)
A.
Bab I Belajar pada Kehidupan Fauna
1.
Membangun
Konteks
2.
Kegiatan 1
Pemodelan Teks Cerita Fabel
3.
Kegiatan 2
Penyusunan Teks Cerita Fabel secara Kelompok
4.
Kegiatan 3
Penyusunan Teks Cerita Fabel secara Mandiri
5.
Kesimpulan
6.
Renungan
Bab I
Belajar pada Kehidupan Fauna
1. Membangun Konteks
Fauna adalah keseluruhan kehidupan jenis
binatang. Pada kehidupan fauna juga dapat dijadikan kisah atau cerita. Teks
cerita fabel tidak hanya menggambarkan tentang kehidupan fauna (binatang),
namun juga menggambarkan kehidupan manusia dengan segala karakternya.
Secara
Etimologis, fabel berasal dari bahasa latin yaitu fabulat. Cerita Fabel merupakan cerita tentang kehidupan binatang
yang berperilaku menyerupai manusia. Cerita fabel termasuk cerita fiksi. Cerita
fabel sering juga disebut sebagai cerita moral karena mengandung pesan yang di
dalamnya berkaitan erat dengan nilai moral.
2. Pemodelan Teks Cerita Fabel
a.
Struktur Teks Cerita Fabel
b.
Ciri-ciri Teks
Cerita Fabel:
1. Struktur teks terdiri atas: Orientasi,
Komplikasi, Resolusi, dan Koda.
2. Memuat informasi berdasarkan khayalan (walau sumbernya mungkin dari kisah nyata)
3. Merupakan teks fiksi dan termasuk teks naratif.
4. Disebut juga dengan istilah teks cerita moral.
5. Menggunakan pilihan kata yang mudah
6. Bertokoh hewan yang bertingkah laku seperti
manusia
7. Menggunakan setting alam
8. Menunjukkan penggambaran moral dan karakter
manusia yang lemah dan kuat.
c.
Kebahasaan dalam cerita fabel:
1.
Memilih kata
untuk judul yang menarik
2.
Tidak harus
memakai kata baku, namun tetap harus sesuai dengan kaidah yang berlaku
3.
Terdapat kalimat
berbentuk paragraf, adapula kalimat percakapan
4.
Kalimat
percakapan biasanya dibedakan dengan adanya tanda petik
5.
Menggunakan
bahasa yang mudah dipahami
6.
Terdapat rujukan
kata, repetisi, konjungsi, transisi, kohesi, dan kalimat simpleks
7.
Pada bagian
Orientasi dan Resolusi biasanya menggunakan kalimat berbentuk paragraf,
sedangkan isi kebanyakan menggunakan kalimat percakapan.
8.
Penggunaan kata
Sandang Si dan Sang
9.
Penggunaan kata
keterangan tempat dan waktu
10. Terdapat kata hubung lalu, kemudian, dan akhirnya.
d. Cerita fabel memuat hal-hal berikut:
1.
Eksposisi (pengantar setting, situasi dan tokoh
utamanya)
2.
Komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang
memperkenalkan konflik)
3.
Aksi yang meningkat, krisis (saat yang menentukan
bagi si tokoh utama dan komitmen mereka terhadap suatu langkah)
4.
Klimaks (titik minat tertinggi dalam pengertian
konflik dan titik cerita yang mengandung aksi terbanyak atau terpenting)
5.
Penyelesaian (bagian cerita di mana konflik
dipecahkan); dan moralnya.
3. Penyusunan Teks Cerita Fabel
secara Berkelompok
a.
Tugas 1 Menyusun Teks Cerita
Fabel dengan Kata-Kata Sendiri
·
Menyusun teks cerita fabel “Jiji Jerapah dan Kus Tikus” sesuai dengan struktur
dengan topik di setiap paragraf.
·
Meringkas teks cerita tersebut sesuai topik yang telah kalian tentukan.
Ø Meringkas
cerita fabel
1.
Membaca cerita
hingga benar-benar paham.
2.
Mengerti alur
ceritanya
3.
Menentukan ide
pokok atau kalimat utama pada setiap paragraf di cerita tersebut
4.
Mengembangkan
ide pokok atau kalimat utama tersebut dengan bahasa sendiri
5.
Sedikit
memberikan perubahan pada bagian yang kurang tepat
6.
Meminimalkan
pengulangan kata atau kalimat yang sama
7.
Sederhanakanlah
cerita tersebut dan buatlah orang-orang mudah mengerti ceritanya.
b.
Tugas 2 Menyusun Teks Cerita
Fabel yang Urut dan Logis
c.
Tugas 3 Membedakan Teks Cerita
Fabel dengan Teks yang Lain
d.
Menelaah Unsur Kebahasaan Teks
Cerita Fabel
4. Penyusunan Teks Cerita Fabel
secara Mandiri
a.
Tugas 1 Mengidentifikasi
Kekurangan Teks Cerita Fabel
·
Struktur teks
·
Struktur kalimat yang digunakan
·
Penggunaan kata sanang, keterangan tempat dan waktu, serta kata
penghubung
·
Keterkaitan antarparagraf yang mewakili struktur teks
·
Sifat dan karakter setiap tokoh
·
Nilai moral yang terkandung di dalamnya
b.
Tugas 2 membaca dan Menulis Puisi
Tentang Binatang
Tahapan menulis puisi:
Ø Menentukan tema
Ø Membayangkan hal yang akan
diungkapkan atau ditulis
Ø Menulis apa yang dibayangkan
Ø Memilih kata atau diksi yang
tepat
Ø Menggunakan ungkapan majas
dengan tepat untuk mengungkapkan ide
Ø Mencermati dan merevisi naskah
puisi
c.
Tugas 3 Merevisi Teks Cerita
Fabel
d.
Tugas 4 Menyusun Teks Cerita
Fabel dengan Kata-Kata Sendiri
5. Simpulan
Ø Cara Membuat cerita fabel
1.
Memahami
pengertian dan strukturnya
2.
Memahami
ciri-ciri teks cerita fabel
3.
Menggunakan
kebahasaan sesuai kaidah yang berlaku
4.
Membuat suatu
ide atau gagasan yang kreatif dan memiliki pesan yang mendalam agar cerita
fabel dapat terbentuk dengan baik
5.
Menentukan
unsur-unsur intrinsiknya (tema, tokoh, latar, alur, amanat)
6.
Membuat kerangka
teks terlebih dahulu lalu mengembangkannya menjadi beberapa kalimat yang
membentuk paragraf
7.
Buatlah teks
cerita yang menarik dan tambahkan judul yang mengesankan dan bermakna.
6. Renungan
Dari seluruh penjelasan di atas, dapat kita ambil nilai moral yang
terkandung di dalam teks cerita fabel, yaitu sebuah gambaran bahwa semua
makhluk yang diciptakan Allah memiliki kehidupan sendiri-sendiri dan kita semua
bisa belajar dari apa yang dikisahkan manusia, bahkan binatang dan mungkin
tumbuhan.
Tugas Kelompok
Tugas 1 Menyusun Teks Cerita Fabel dengan Kata-Kata Sendiri
Jiji
Jerapah dan Kus Tikus
Sumber: aliexpress.com
Gambar 1.5 Jerapah dan tikus yang bekerja sama
Dikisahkan hiduplah sekelompok binatang di sebuah kampung.
Binatang-binatang itu bekerja sesuai dengan keahliannya masing-masing. Di
kampung itu mereka saling bekerja sama untuk menyelesaikan pekerjaan.
Pada suatu hari ada seekor jerapah yang tengah mencari pekerjaan.
Sang Jerapah itu bernama Jiji. Dia ingin segera mendapat pekerjaan. Pekerjaan
apa saja yang penting tidak merugikan orang lain.
Masalahnya, Jiji terlalu tinggi untuk melakukan pekerjaan yang
ditawarkan padanya.
Jiji terlalu tinggi untuk menjadi kondektur bus. Ketika berdiri di
dalam bus, ia harus menekuk leher dan itu membuat lehernya nyeri. Ia juga
terlalu tinggi untuk menjadi sopir truk. Lehernya terlalu panjang di ruang
kemudi. Saat ia tekuk, hidungnya menyentuh kemudi truk.
“Hm, sepertinya, aku hanya cocok untuk melakukan pekerjaan di luar
ruangan. Ya, ya,“gumam Jiji pada suatu pagi, sambil matanya menerawang
memperhatikan sekitarnya.
Jiji mendatangi sebuah rumah. Ia menemui seekor tikus. Si tikus
itu bernama Kus. Si tikus tengah mengecat rumah itu. Kus berdiri di sebuah
tangga pendek sambil tangannya memegang kaleng cat. Kus kelihatan berat
mengecat di situ.
“Halo,
teman!” Sapa Jiji.
“Hai,”
sahut Kus Tikus. Lalu, dari mulut keluar keluhan, “oh!”
“Ada
apa?” Tanya Jiji.
“Tangga
ini terlalu pendek. Aku jadi tidak bisa mencapai langit-langit,” ucap Kus.
“Ah andai saja aku punya teman kerja yang tinggi sepertimu!
Ia pasti dapat membantuku.”
“Aku
bisa membantumu,” Jiji menawarkan diri. “Kau bisa menggunakan aku sebagai
tangga.”
“Sungguh?”
“Ya,”
jawab Jiji yakin.
“Terima
kasih, teman.”
Dengan
gembira Kus Tikus naik ke leher sang Jerapah. Kemudian, dia memegang kaleng cat
dengan mulutnya. Dia merasa nyaman menempel di leher sang jerapah. Dengan mudah
si tikus menjangkau tempat-tempat yang sulit. Si tikus mengecat langit-langit. Pekerjaan
mereka sangat rapi. Pak Beruang, sang pemilik rumah, sangat suka. Lalu, ia memberi
ongkos lebih untuk Kus Tikus dan Jiji Jerapah.
“Hore!”
Seru Jiji senang. “Aku mendapat gaji pertamaku”
“Eh,
teman, bagaimana kalau mulai saat ini kita bekerja sama? Daripada aku membeli
tangga yang lebih tinggi lebih baik aku menggunakanmu saja sebagai tangga.
Bagaimana?” usul Kus.
“Ya,ya,
aku mau,” sahut Jiji gembira.
Akhirnya,
mulai saat itu Jiji dan Kus bekerja sama sebagai tukang cat di kampung tersebut.
Mereka tidak pernah kehabisan pekerjaan. Di kampung-kampung lain pun mereka banyak
ditawari pekerjaan. Di mana pun mereka bekerja dengan baik. Pekerjaan mereka selalu
rapi dan memuaskan sehingga banyak yang menggunakan jasa mereka. Hati mereka
senang dan gembira.
Sumber “Kumpulan Cerita Binatang”
(2013)
Topik di Setiap Struktur Cerita
“Jiji Jerapah dan Kus Tikus”
Orientasi:
1.
Dikisahkan
hiduplah sekelompok binatang di sebuah kampung.
2.
Sang
Jerapah, Jiji mendapat pekerjaan.
|
Komplikasi:
1.
Masalahnya Jiji terlalu tinggi untuk
melakukan pekerjaan yang ditawarkan padanya.
2.
Jiji cocok melakukan
pekerjaan di luar ruangan.
3.
Jiji
mendatangi sebuah rumah.
4.
Kus
kelihatan berat mengecat rumah itu.
5.
Kus mengeluh
karena ia tidak memiliki teman kerja yang tinggi.
|
Resolusi:
1.
Kus mulai
menawarkan kerja sama dengan Jiji.
2.
Jiji
menawarkan diri untuk membantu Kus yang kesulitan.
3.
Kus naik ke
leher Jiji, lalu memegang cat dengan mulutnya.
4.
Pak Beruang,
pemilik rumah sangat suka dan memberi upah kepada Jiji dan Kus.
|
Koda:
5.
Akhirnya,
mulai saat itu Jiji dan Kus bekerja sama sebagai tukang cat di kampung
tersebut.
6.
Kerja yang
memuaskan membuat mereka senang dan gembira.
|
Ringkasan Cerita Fabel
“Jiji Jerapah
dan Kus Tikus”
Kerja Sama Meringankan Segalanya
Dikisahkan dalam suatu perkampungan,
hiduplah seekor jerapah yang mencari pekerjaan. Jerapah itu bernama Jiji. Jiji
ingin segera mendapatkan pekerjaan, apapun itu asalkan sesuai dengan
keahliannya dan tidak merugikan orang lain.
Saat Jiji telah mendapatkan pekerjaan,
pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan keahliannya Jiji. Leher yang panjang dan
tubuh yang besar membuat Jiji tidak bisa menerima pekerjaan sebagai kondektur
atau sopir bus.
Pada suatu pagi yang cerah, ia bergumam
“Sepertinya aku hanya cocok melakukan pekerjaan pada ketinggian atau di luar
ruangan.” Saat Jiji sedang berkeliling kampung, tiba-tiba ia melihat seekor
tikus yang sedang mengecat sebuah rumah. Namun, tikus itu terlihat kesulitan
untuk mengecat langit-langit rumah, karena ia terlalu pendek dan hanya
mengandalkan tangga yang tidak begitu tinggi.
“Hai, teman!” Sapa Jiji.
“Halo,” sahut Kus Tikus.
“Apakah kamu kesulitan?” Tanya Jiji.
Kus Tikus menjawab, “Aku tidak bisa
mencapai langit-langit itu karena lenganku yang pendek.”
Jijipun menawarkan diri untuk membantu
Kus Tikus. Kus Tikus sangat senang dengan hal itu, karena dapat memudahkannya
untuk menyelesaikan pekerjaan. Kus Tikus lalu naik ke leher Jiji Jerapah, lalu
memegang cat dengan mulutnya.
Pekerjaan merekapun selesai. Jiji dan
Kus Tikus sangat gembira karena Pak Beruang sangat suka melihat rumahnya telah
dicat dengan bagus oleh mereka. Pak Beruang memberi upah untuk mereka. Setelah
saat itu, merekapun berencana untuk bekerja sama mengecat rumah-rumah yang ada
di perkampungan itu.
Akhirnya, sejak saat itu mereka bekerja
bersama. Tidak pernah kehabisan pekerjaan, karena mereka bekerja sengan sangat
bagus. Jiji Jerapah dan Kus Tikus menyadari bahwa kerja sama akan meringankan
segalanya. Jiji dan Kus Tikus menjadi lebih gembira dan bahagia.
Tugas 2 Menyusun Teks Cerita Fabel yang
Urut dan Logis
Hal 19-20 Paket
Paman Belalang dan Perahunya
Dahulu kala di tengah-tengah hutan
yang sangat lebat di atas bukit terdapat sebuah desa yang dihuni oleh beraneka
ragam serangga. Mereka hidup tenteram, rukun, dan damai. Ada keluarga kupu-kupu
yang tinggal di atas pohon. Pak Kumbang dan keluarganya tinggal di dalam sarang
yang tergantung di dahan pohon besar. Kakek cacing selalu membuat rumah di
lubang tanah. Sekelompok semut hitam dan semut merah tinggal di sarangnya yang
saling berdekatan dnegan Bapak Laba-Laba yang mempunyai rumah jaring. Ibu Kecoa
menempati sebuah sepatu bot, sebuah sepatu bekas manusia yang telang terbuang.
Hampir setiap malam mereka berkumpul
bersama, berpesta, menari, dan bergembira. Mereka saling berbagi makanan
kecuali seekor belalang yang selalu hidup menyendiri. Ia hanya memandang
keramaian dari depan rumahnya. Tingkah belalang itu sangat aneh, ia malu karena
ia telah kehilangan sebuah kakinya. Kakek cacing pernah bercerita, Paman
Belalang setahun yang lalu telah kehilangan kakinya akibat ia berkelahi dengan
seekor burung yang hendak memangsanya. Sehari-hari Paman Belalang hanya duduk
termenung meratapi kakinya yang hilang. Paman Belalang merasa sudah tidak
berguna lagi karena telah kehilangan kakinya yang sangat berharga.
Lodi
si anak semut merah dan Roro si anak semut hitam sangat prihatin melihat hidup
Paman Belalang. Suatu hari ketika Lodi dan Roro sedang berjalan-jalan di tepi
sungai, tiba-tiba mereka melihat Paman Belalang sedang asyik membuat sebuah
perahu kecil yang terbuat dari ranting pohon dan daun kering.
“Wahhhh...
perahu buatan paman bagus sekali,” puji Roro. Paman Belalang tersenyum, lalu
tiba-tiba ia mengajak Lodi dan Roro naik ke perahu miliknya. Lodi dan Roro
saling bertatapan. Mereka tidak menyangka ternyata Paman Belalang sangat baik
dan ramah. Paman Belalang megeluarkan gitar tua, lalu ia mulai bernyanyi,
sedangkan Lodi dan Roro menari-nari mengikuti irama gitar milik Paman Belalang.
“Ya
ampun, jahat sekali kodok-kodok itu!” Bisik Roro ketakutan.
Paman
Belalang, Lodi, dan Roro diam-diam mendengarkan percakapan kedua kodok itu dari
dalam perahu mereka dengan bersembunyi di balik bunga teratai. Benar saja,
ternyata kedua kodok itu mempunyai rencana jahat nanti malam. Mereka tahu jika
hampir setiap malam desa serangga selalu mengadakan pesta. Kodok itu pun
berencana akan merusak pesta dan memangsa anak-anak serangga yang berada di
sana. Ketika mendengar hal itu, Paman Belalang cepat-cepat memutar balik arah
perahu miliknya, lantas mereka bertiga kembali ke desa.
“Ayo
kita pulang dan beri tahu serangga tentang rencana itu”, jelas paman. Perahu
yang paman kemudikan itu berlayar sangat cepat menuju desa. Setiba di sana,
Paman belalang segera menceritakan rencana jahat sang kodok yang mereka dengar
tadi.
“Benarkah
cerita itu?” tanya Kakek Cacing yang dituakan oleh para serangga di desa
mereka.
“Benar,
Kakek, kamu berdua pun juga mendengar percakapan kodok jahat itu,” jelas Lodi
dan Roro”.
Paman
Belalang kemudian memerintahkan kepada serangga bahwa pada malam itu sebaiknya
tidak usah menggelar pesta. Anak-anak dan telur mereka harus dijaga baik-baik
di dalam sarang oleh induknya, sedangkan para pejantan dewasa siap berjaga-jaga
dan menyerang jika kedua kodok itu datang. Ternyata benar, ketika malam hari
tiba, kedua ekor kodok hitam itu munul di desa. Kodok itu pun bingung karena
desa serangga yang hampir setiap malam mengadakan pesta, tiba-tiba saja menjadi
sunyi senyap.
“Serang...!”,
teriak Paman Belalang. Dengan cepat Bapak Laba-laba menjatuhkan jaring besarnya
tepat di atas kodok itu. Kedua kodok itu terperangkap oleh jaring laba-laba.
Mereka pun tidak dapat bergerak. Para pejantan semut merah dan semut hitam
mengelilingi serta menggigiti keduanya. Kodok-kodok itu berteriak kesakitan.
Akhirnya, mereka menyerah dan meminta maaf kepada para serangga. Kakek Cacing
memerintahkan Bapak Laba-laba untuk membuka jaring-jaringnya. Lalu, ia menyuruh
kedua kodok itu pergi dari desa serangga.
“Hore!” Teriak
para serangga ketika melihat kodok-kodok itu pergi. Sambil menarinari mereka
mengangkat tubuh Paman Belalang dan melempar-lemparnya ke udara. Kakek Cacing
mengucapkan terima kasih kepada Paman Belalang yang sudah menyelamatkan desa. Semenjak
itu, Paman Belalang tidak menjadi pemurung lagi. Ia menyadari dirinya masih berguna
walaupun telah kehilangan kakinya. Setiap malam ia pun bergabung dengan para serangga
lainya untuk berpesta. Paman Belalang selalu bermain gitar dan bernyanyi riang.
Para serangga pun sangat menyukainya. begitu juga dengan Lodi dan Roro yang
sekarang menjadi sahabat paman. Mereka selalu ikut bertualang dengan Paman
Belalang dan perahunya.
Sumber: cerpenmu.com
karya Ayui Soesman
Tugas 3 Membedakan Teks Cerita Fabel dengan Teks
yang Lain
Hal 21-22 Paket
Teks
1 : Anjing Terkecil
Keterangan : Bukan cerita fabel, karena teks ini
menuangkan tentang informasi anjing terkecil, bukan menceritakan mengenai
kehidupan hewan yang berperilaku seperti manusia.
Struktur
teks cerita fabel tidak kita temui dalam teks 1 ini
Teks
ini menceritakan ciri-ciri anjing, bukan kehidupan anjing dengan segala karakternya
Tidak
mengandung pesan moral yang merupakan hal yang harus ada dalam cerita fabel.
Teks
2 : Anjing Yang Nakal
Keterangan
: Teks ini adalah teks cerita fabel
karena:
Menceritakan tentang
kehidupan anjing yang berperilaku seperti manusia
Struktur teksnya tepat dengan struktur teks cerita
fabel, yaitu paragraf 1 merupakan orientasi, paragraf 2, 3, 4, 5, dan 6 adalah
komplikasi, dan paragraf terakhir adalah resolusi.
Mengandung pesan moral yaitu, kita tidak boleh
sombong dengan apa yang telah kita dapatkan atau terima, karena bisa jadi apa
yang kamu banggakan tersebut bukanlah duatu kebanggaan, melainkan suatu aib
yang harusnya kita tutupi.
Tugas Mandiri
Tugas 1 Mengidentifikasi Kekurangan Teks
Cerita Fabel
Kelinci Sang
Penakluk
Di sebuah hutan hiduplah seekor singa yang ganas. Suatu hari sang singa
ganas itu membuat peraturan bahwa dia tidak akan berburu binatang hutan.
Sebagai gantinya harus ada binatang di sekelilingnya yang suka rela menjadi
mangsanya.
Pada hari pertama setelah peraturan itu diberlakukan datanglah
seekor kelinci. Sambil terengah-engah kelinci itu minta maaf kepada sang singa yang
ganas itu.
“Maaf sang raja, saya datang terlambat. Ada singa lain yang tadi memburu
saya,” kata si kelinci.
Kemudian, singa yang ganas itu mengangguk-anggukkan kepala dan langsung
menyahut, “ Mana singa yang mengejarmu? Akan kuhabisi dia sekarang juga.”
“Ya sang raja, dia ada di dalam sumur itu.”
Akhirnya, binatang-binatang itu menjadi lega. Berkat kecerdikan kelinci
sang singa yang ganas itu masuk ke dalam sumur dan tidak ada lagi pemangsa di
hutan itu.
Di modifikasi dari Kelinci yang mengalahkan Singa dalam 50
Cerita Fabel Dunia
Kekurangan
Teks Cerita Fabel
“Kelinci Sang
Penakluk”
Cerita fabel di atas memiliki beberapa kekurangan, antara
lain:
1. Bahasa
yang digunakan kurang mudah dipahami, terlalu singkat sehingga tidak
menjelaskan apa yang akan disampaikan.
2. Struktur
orientasi dan komplikasi telah ada dan terlihat jelas, namun untuk resolusi dan
koda sedikit kurang jelas, sebab pada paragraf terakhir itu merupakan koda yang
terdapat resolusinya.
3. Kalimat
yang digunakan kurang panjang, sehingga tidak menjelaskan secara jelas dan
terperinci.
4. Penggunaan
huruf kapital juga belum sesuai kaidah yang berlaku.
Tugas 2 membaca dan Menulis Puisi Tentang
Binatang
Kupu-Kupu Kecil
Karya Aldika
Restu Pramuli
Baru saja lahir
Kupu-kupu kecil dari sebuah kepompong
mungil
Sayap-sayapnya elok
Kuning mencolok
Berhiaskan hijau volkadot
Metamorfosa telah sampai di batas titik
Kepompong telah menjelma makhluk
bersayap cantik
Bunga-bunga pun siap jadi teman baik
bagi si kupu-kupu kecil yang cantik
Ayam Jantan Berkokok
Karya:
Prasetyaning Jati
Saat senja mulai menyapa
Kau mulai berkokok
Suara indahmu, membangunkanku
Oh.. ayam jantan
Jalu di kelapamu, memberi pesona kegagahanmu
Bulu tubuh nan panjang, membalut tubuhmu
Kaki nan kecil, menjadi tiangmu
5 jari nan lucu, ialah penyanggamu
Oh, ayamku..
Kau hidup dengan pasanganmu
Ayam betina nan cantik
Dan engkau nan karismatik
Anak-anakmu kan menjadi cerdik
Ayam..
Kaulah omnivor sejati
Apapun engkau sukai
Cacing-cacing tanah engkau cari
Katul-katul itu kau makani
Tanpa menuntut itu ini
Kau mencari sendiri
Tugas 3 Merevisi Teks Cerita Fabel
1.
Betulkan ejaan
kalimat berupa kesalahan penggunaan huruf kapital berikut berdasarkan teks
“Landak yang Kesepian”
1) Di hutan belantara hiduplah seekor Landak.
Di hutan belantara hiduplah seekor landak
2) Si Landak tidak mau bermain dengan binatang lain
karena khawatir duri yang ada di tubuhnya akan menusuk temannya.
Si landak tidak mau bermain dengan binatang lain
karena khawatir duri yang ada di tubuhnya akan menusuk temannya.
3) Beberapa waktu lalu si Landak mengajak Monyet, Kambing,
Kancil, dan binatang lainnya untuk bermain bersama.
Beberapa waktu lalu si landak mengajak monyet,
kambing, kancil, dan binatang lainnya untuk bermain bersama.
4) Setelah mendengar jawaban dari teman-temannya, Si
Landak bertambah sedih.
Setelah mendengar jawaban dari teman-temannya, si landak
bertambah sedih.
5) Ketika Si Landak sedang melamun di pinggir sungai,
seekor Kura-Kura menghampirinya.
Ketika si landak sedang melamun di pinggir sungai,
seekor kura-kura menghampirinya.
2.
Untuk menambah
pemahaman siswa tentang penggunaan kata depan di dan awalan di- pada
kata kerja, guru meminta siswa membetulkan penggunaan di sebagai kata depan
dan di- sebagai awalan pada kalimat berikut ini.
1) Hatinya sedih karena tidak mempunyai teman yang
tidak bisa di ajak berbicara dan bermain. (diajak)
2) Aku akan berhati-hati agar duri ditubuhku tidak
menusuk kalian. (di tubuhku)
3) Ketika si landak sedang melamun dipinggir sungai,
seekor kura-kura menghampirinya. (di pinggir)
4) Dia tidak terima melihat teman-temannya di tangkap
serigala. (ditangkap)
5) Kami takut tertusuk duri dibadanmu itu. (di badanmu)
3.
Mengurutkan
bagian teks
Bagian 4 – Bagian 1 – Bagian 2 – Bagian
3
Tugas 4 Menyusun Teks Cerita Fabel dengan Kata-Kata Sendiri
Catatan Hati Si Embun
Pada
suatu hari di sebuah taman, berdirilah istana kupu-kupu, yang di dalamnya
terdapat banyak kupu-kupu dengan sayap-sayapnya yang indah. Kupu-kupu tersebut
bermacam-macam, sayapnyapun juga beragam. Ada yang berwarna biru, coklat,
hijau, merah, kuning, dan ungu. Corak sayap setiap kupu-kupu juga berbeda, ada
yang polkadot, bergaris, dan melengkung. Di istana kupu-kupu ini terdapat
sebuah kelompok kupu-kupu yang terdiri dari 5 kupu-kupu dengan sayap yang
sungguh indah. Mereka berlima terdiri dari Indu, Kia, Kafa, Amanda, dan Ayla.
Tak ada kupu-kupu lain yang bisa menandingi kecantikan mereka berlima, apalagi
sang ketua, Kafa. Semua kupu-kupu di istana tersebut menyebutnya Ratu
Kupu-Kupu, karena kecantikan dan keindahan sayapnya.
Mereka
berlima selalu bersama-sama. Namun, walaupun mereka memiliki sayap yang cantik
dan indah, hati mereka tidak secantik dan seindah sayapnya. Karena mereka
merasa memiliki sayap yang lebih cantik dari semua kupu-kupu, kelompok
kupu-kupu yang dinamai Kunyus ini selalu menyombongkan diri dan angkuh terhadap
semua kupu-kupu. Kafa, sang ketua kunyus juga selalu merasa dirinya tercantik
dan terhebat, merendahkan kupu-kupu lain dengan berkata, “Siapa disini yang
lebih cantik dariku? Hahaha.. Pastilah tidak ada, karena Tuhan memberikanku
kecantikan yang lebih dari kalian semua. Aku adalah Ratu kalian.” Sombongnya.
Awalnya Kafa dan teman-temannya paling disegani oleh kupu-kupu lain, namun
akhirnya mereka semua marah karena kesombongan Kunyus.
Dua
minggu yang akan datang akan ada sebuah pesta dari kerajaan lebah, dimana Sang
Pangeran Lebah akan mencari pasangan hidupnya dengan seekor kupu-kupu. Pesta
tersebut diperuntukkan bagi semua kupu-kupu, tanpa memandang apapun. Hingga
akhirnya, di istana kupu-kupu datanglah seekor kupu-kupu dengan sayap yang
tidak indah. Sayapnya tidak secantik kupu-kupu yang lain, dia bernama Embun.
Embun memang tidak cantik, tidak indah, sayapnya tidak bercorak, namun hatinya
begitu cantik dan indah tidak seperti geng kunyus. Si Embun sangat menginginkan
untuk bisa memiliki sayap yang indah seperti kupu-kupu lain, namun apa boleh
buat dia tidak akan bisa mendapatkan itu semua, selain dengan keajaiban Tuhan.
Si Embun tidak diterima oleh geng kunyus dan kupu-kupu lainnya karena mereka
merasa Embun tidak pantas berada di istana yang di dalamnya terdapat begitu
banyak kupu-kupu dengan sayap yang indah.
Si
Embun akhirnya pergi, namun tidak jauh dari istana kupu-kupu. Setiap kali Embun
berjalan-jalan mengelilingi istana, melihat keadaan istana, perasaan ingin
menjadi anggota istana itu selalu muncul. Embun berharap kupu-kupu lain dapat
menerimanya. Embun selalu menangis sendirian, karena setiap kali ia bertemu
dengan geng kunyus, ia selalu diejek dan dihina karena tubuhnya yang tidak
cantik. Dibandingkan dengan Kafa, pastilah sangat berbeda jauh. Ia juga
dilarang oleh Kafa dan teman-temannya untuk menghadiri pesta di kerajaan lebah.
“Buat apa kamu
menghadiri pesta di kerajaan lebah? Kamu mau mempermalukan dirimu sendiri di
hadapan pangeran. Pastilah aku yang dipilih pangeran untuk menjadi pasangan
hidupnya, karena aku yang paling cantik diantara kupu-kupu yang lain.” Sombong
Kafa.
“Iya, tubuhmu
itu peyot, sayapmu tidak cantik, tidak indah, dan tidak bercorak. Kamu adalah
Kupu-Kupu yang paling buruk dan jelek.” Sahut Ayla.
“Tapikan pesta
itu untuk semua kupu-kupu, jadi aku juga boleh datang ke pesta itu.” Jawabnya
dengan halus, agar tidak menyinggung.
“Terserah kamu,
tapi tetap aku yang tercantik, aku tidak takut dengan kamu, Pangeran Lebah
pasti memilihku. Hahaha.. Dasar kupu-kupu peyot” Cela Kafa.
“Iyalah, pasti
kamu Kafa yang dipilih pangeran, pangeran pasti jijik melihat kupu-kupu peyot
ini” Kata Amanda menunjuk Embun.
Embun pergi
meninggalkan tempat itu, ia menangis dan duduk di sehelai daun. Tanpa ada teman
yang menemani, tak ada sahabat untuk menuangkan isi hatinya, tak ada ayah ibu
yang menghibur, dan tak ada pasangan untuk bersandar. Embun merasa dirinya
paling buruk dan tak pantas untuk menjadi seekor kupu-kupu. Ia meratapi
nasibnya dan berdoa kepada Tuhan agar datang sebuah keajaiban sehingga ia bisa
menjadi kupu-kupu yang cantik dengan hati yang baik.
Dan akhirnya
datanglah Ibu Peri yang begitu cantik dan baik. Ia seperti malaikat kiriman
Tuhan. Ibu Peri bertanya kepada Embun, “Mengapa engkau menangis, wahai
kupu-kupu cantik?”
“Bagaimana Ibu
Peri bisa berkata aku cantik? Padahal, banyak orang yang jijik denganku.” Jawab
Embun
“Nak, cantik itu
tidak hanya dilihat dari tubuh yang kamu miliki, disini juga penilaian yang
abadi untuk suatu kecantikan.” Jawab Ibu Peri dengan menunjuk hati Embun. “Ibu
Peri yakin bahwa kamu memiliki hati yang sangat halus dan baik.” Tambahnya
Ibu
Peri tersebut datang untuk menghibur Embun. Embun berfikir bahwa apa yang
dikatakan Ibu Peri itu semua benar. Ia pun tidak bersedih lagi, ia mulai
bangkit untuk bisa menjadi kupu-kupu berhati baik. Tidak berhenti disitu, Ibu
Peri memberikan hadiah kepada Embun, yaitu sebuah hadiah yang sangat diharapkan
Embun. Hadiah itu adalah Ibu Peri akan merubah bentuk tubuh Embun yang semula
jelek menjadi sangat indah dam cantik. Embun sangat senang dan sangat
berterimakasih kepada Ibu Peri. Ia juga tidak lupa bersyukur kepada Tuhan.
Pada
akhirnya, Embun mendatangi pesta di kerajaan lebah. Dengan kecantikannya
sekarang, semua kupu-kupu tercengang dan bertanya-tanya siapakah kupu-kupu yang
sungguh cantik itu. Hingga mereka semua tahu, bahwa Ia adalah Embun yang selama
ini mereka hina dan tidak mereka terima di istana kupu-kupu. Kafa, sang ketua
kunyuspun marah karena ada yang leih cantik dan indah dari dirinya. Pangeran
lebah menghampiri Embun, karena selain kecantikannya, Ia juga berhati baik. Tidak
ragu-ragu, Pangeran langsung meminta anak buahnya untuk menjadikan Embun
sebagai pasangan hidupnya. Hadiah yang sungguh besar bagi Embun, karena dengan
kesabaran dan kelembutan hatinya Ia mendapatkan semua hal yang selama ini ia
harapkan. Geng kunyus sekarang sadar bahwa kesombongan akan merusak hal yang
baik menjadi buruk. Mereka semua masih menjadi kupu-kupu yang cantik dan tidak
sombong lagi. Kupu-kupu yang lain menjadikan Embun sebagai ratu istana
kupu-kupu. J
Itulah,
pada akhirnya semua kebaikan akan dibalas oleh Tuhan dengan kebaikan pula yang
berlipat ganda. Kesombongan dalam diri kita akan menjadi petaka bagi kita
karena kita selalu merasa diri kita yang terbaik, padahal masih ada Tuhan yang
lebih baik. Saat ada masalah yang besar, kita bisa berkata “Hai masalah besar,
aku memiliki Tuhan yang lebih besar.” Dan sekarang Embun dan Pangeran Lebah
hidup bahagia J
0 komentar:
Posting Komentar